Friday, October 19, 2012

Surat untuk sahabat

Ditengah kegalauan akan suatu hal, tiba-tiba mata dan hati ini terjaga untuk mengirimkan suatu pernyataan dan pernyataan ini kukirimkan untukmu sahabat. Semoga kau membaca tulisanku ini...

Sudah lama setelah aku mengetahuinya aku ingin menjelaskan segalanya padamu. Segalanya...hingga rasanya otak ini berputar seiring putaran rotasi matahari. Maaf sebelumnya seandainya aku lancang mengetahui dan menerka-nerka segalanya. Namun, sampai akhirnya, aku mendapat kesimpulan, bahwa sebenarnya yang dimaksud ialah aku...

Aku tidak tahu sama sekali bahwa perbuatanku ini membuatmu sedih dan merasa tak enak. Sejak aku mengetahuinya, secara tidak langsung aku juga menjadi tidak enak padamu. Aku sungguh minta maaf...

Namun, jujur..., perasaan yang kau alami kepadanya sungguh sama dengan yang aku rasakan tidak ada yang berkurang. Mungkin dia akan melontarkan penjelasan yang sama seandainya aku bertanya hal yang sama. Bodohnya aku mengharapkan hal yang lebih. Bahkan bodohnya aku karena sampai hari ini masih menyimpan perasaan kepadanya bahkan untuk bertemunya saja tidak seintensif yang dulu...

Maafkan aku sahabat...aku tidak mau kau menyimpan perasaan tidak enak padaku. Aku bukan sedih dan kecewa terhadapmu. Namun, aku sedih dan kecewa terhadap diriku sendiri. Kau juga merupakan sosok wanita hebat. Wanita hebat yang bisa bertahan melawan terpaan angin kencang sekalipun...

Aku ingin jujur sahabat...bahwa ini kali pertamanya aku merasa sangat kagum pada sesosok laki-laki seperti dia. Sebelumnya, aku tidak pernah merasa kagum dengan orang yang kaku, terlalu sering mengumbar-umbar kata-kata manis, dan terlalu hebat. Aku justru lebih menyukai orang yang sebaliknya. Namun, sejak bertemu dengannya, semuanya menjadi berputar 360 derajat, entah kenapa setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya selalu terpatri dalam hati, senyumannya selalu membuat pikiran menjadi tentram, bahkan satu-satunya pemberiannya untukku aku jaga walaupun usang, tetap tidak ingin aku tinggalkan.

Hingga suatu ketika aku sadar bahwa mungkin aku bukan apa-apa buatnya. Mungkin selama ini dia hanya menganggap aku sebagai saudara, sama seperti kata-kata yang sering ia lontarkan pada yang lainnya. Mungkin juga perubahanku ini hanya perubahan yang biasa bagi yang lainnya. Mungkin juga aku hanya seseorang yang terlalu menggantungkan hatiku kepadanya...

Sahabat, aku juga sama sepertimu, aku sangat memegang teguh prinsip yang aku miliki hingga umur yang sudah dewasa ini. Dikala semua temanku memiliki pendampingnya masing-masing, aku malah justru sibuk berkutat dengan studiku. Semua ini aku lakukan karena aku ingin membahagiakan orangtuaku. Kalau boleh jujur, ayah, terutama ibuku terus menyiasati agar aku bisa selesai kuliah, mungkin hal inilah salah satu alasan yang membuat aku berpikir untuk tidak mengambil rekomendasi yang ditawarkan kepadaku oleh kampus untuk mahasiswa berprestasinya. Kau tahu sahabat, sejenak air mata ini menetes ketika aku mengingat teman-temanku yang dua tahun lagi bisa mendapatkan gelar masternya yang seharusnya bisa aku ambil. Sahabat, sejak aku masuk universitas ini, hanya satu impianku setelah lulus nanti "Aku ingin membahagiakan orangtuaku". Hal itulah yang membuatku mengambil keputusan untuk mengurangi hal-hal yang bisa menghambat studiku.

Sahabat, kalo boleh jujur untuk kesekian kalinya, sekarang...aku berusaha untuk meninggalkan perasaan ini untuknya dan berusaha mencari lelaki lain yang bisa menjadi imam di keluargaku nanti. Kalo boleh jujur juga, selama ini ada sosok laki-laki yang sangat baik yang ada didekatku yang selalu ada untukku setiap aku membutuhkan pertolongan dan nasihat. Sudah lama aku ingin mempertimbangkannya. Kakakku juga merekomendasikan dia untukku. Seharusnya, dengan keadaanku yang sudah jarang bertemu lagi, mudah untukku untuk menambatkan ke yang lain. Namun, kenyataan berkata lain, hingga saat ini, hati ini terus terkait kepadanya...

Sahabat...sejak ia menjulang tinggi dan diprediksi sekarang akan tinggi lagi, sejak itulah dan detik ini aku akan berusaha melupakannya. Karena, aku sadar diri, bahwa sangat sulit berusaha untuk menggapainya lagi. Namun, apabila hal tersebut tetap sulit dirasa untuk dilakukan kembali, maka, hanya satu hal yang akan aku lakukan, meminta pertolongan Allah untuk menemukan jawabannya... dan aku ingin kau juga melakukan hal yang sama apabila saat ini kau berada di posisiku.

Sahabat...aku menyayangimu sama seperti sahabatku yang lain...maka, jangan pernah merasa bersalah lagi padaku...itu merupakan hakmu merasa kagum padanya juga. Aku tidak mau menyalahi perasaan hati yang Allah berikan kepada umatnya...

Semoga tulisan ini bisa meluruskan semuanya

 Sahabat yang mencintaimu

No comments:

Post a Comment