“Baru buat proposal kan ya? Belum tentu disetujui?” Sambil senyum
sinis manager sialan itu mengatakan kata-kata ledekan itu. Coba tolong diterka
sebenarnya yang harusnya ngomong hal itu siapa?!?
Okeh, hal ini berawal dari suatu proyek yang ni orang terima dari
atasan magang. Boleh dibilang sangat bersyukur. Ini ialah proyek pertama ni
orang diluar tugas-tugas kuliah. Sempet bimbang saat itu, karena, saat ini
sedang ngejar kelulusan. Tapi, lagi-lagi banyak pertimbangan yang dipikirkan.
Salah satunya, ingin sekali bekerja di kontraktor ini. Bukan apa-apa, terserah
banyak orang yang bilang kalo perusahaan kontraktor ini masih newbie atau apa.
Tapi, walaupun masih newbie, proyeknya udah segunung. Kelebihan dari perusahaan
ini, perusahaan ini dipimpin sama orang sangat hebat di dunia golf, ramah, dan
paling enak untuk berguru. Jujur, disini ni orang sama sekali nggak digaji
(maaf lagi-lagi ni orang mempermasalahkan hal ini, tapi, hanya sekedar
menekankan), tapi keramahan dan suasana bersahabat yang membuat ni orang betah
disini. Kalo boleh jujur, impian ni orang saat ini setelah lulus nanti ialah
masuk ke kontraktor ini dan berguru sebanyak-banyaknya dari sang konsultan.
Itulah alasan ni orang menyetujui mengambil proyek itu.
Kalian tahu, pertama kali dapat proyek ini, rasanya sangat senang.
Karena, hotel ini skala bintang 5. Ni orang juga sama sekali nggak meragukan
hal itu karena, banyak artis luar negeri yang nginep disana setiap mau konser
di jakarta dan banyak penyanyi yang menyelenggarakan pernikahannya di hotel
ini. Pertama kali diajak survey, ternyata ada empat lokasi yang luas di hotel
itu yang akan direnovasi tamannya. Tadinya sempet kaget dan bingung. Lagi-lagi
juga mendadak ciut. Tapi inget banget waktu itu sang konsultan bilang
“Ayo,riska! Ini hotel bintang 5 lho! Kamu harus pede!” Hanya bisa berkata dalam
hati “Bismillah, Ya Allah semoga tidak mengecewakan!”
“Ris, yang terpenting dari suatu proyek ialah fokus dan tepat waktu”
Kata-kata itu terus terngiang. Kalian tahu, di minggu pertama, progress sama
sekali tidak ada. Ni orang takut banget kalo-kalo sang konsultan datang dan ni
orang belum bisa menyerahkan apa-apa. Ketakutan itu akhirnya terbukti. Hari
sabtu ketika sang konsultan melakukan pengawasan mingguannya, ketika ia pertama
kali menginjakkan kaki ke kantor setelah dari lapangan, ketika ngeliat muka ni
orang di kantor, dia langsung ngomong “Ris, udah sampe mana desainnya?”.
Entahlah, raut mukanya (Atau mungkin saat itu perasaannya sedang tidak enak)
langsung berubah saat itu juga. Sejak saat itu juga ni orang merasa tidak enak.
Maaf untuk yang ini, tapi, setelah beberapa kali kesana ni orang semakin meragukan akan kesan
bintang 5 itu. Entahlah, tapi, dari bangunan yang cukup tua, penataan taman
yang nggak estetik sama sekali, Kolam renang yang udah out of date, dan yang
paling penting mereka nggak nyimpen siteplan
hotel mereka sendiri!!! Ada site plan,
tapi, ternyata nggak berskala!! Dan yang paling menyedihkan lagi, Siteplan itu jauh beda dari yang
sebenarnya setelah di ground check!! Mau nangis rasanya...
Saking merasa bersalahnya, akhirnya ni orang ngebut bikinnya.
Pengukuran juga murni hanya pake meteran tanpa ada GPS atau segala macam alat
canggih yang biasa dipake untuk survey. Ni orang sampe mengurungkan niatnya
untuk ngelab ngambil data rumput yang dijadwalkan minggu ini. Hampir setiap
hari selalu nyempetin untuk datang. Berasa banget sampe rumah Cuma tidur bentar
dan besok paginya musti balik magang lagi.
“Ris, sebenarnya kita juga nggak boleh terlalu banyak berharap juga,
soalnya kayaknya hotel itu lagi nggak ada duit.” Tadinya, ni orang tidak
terlalu menghiraukan akan kata-kata itu. Sampai suatu ketika, hari ini, manager
hotel itu, langsung melayangkan kata-kata itu. Mendadak hati ini membatin,
nyali ini makin ciut, kemungkinan terburuk terus terfikir dalam otak. Maaf
saja, bukannya apa-apa, terlihat sekali orang ini meremehkan diri ini. Maaf saja,
kalau berani makin nyolot rasanya sumpah serapah ini akan keluar dan mengatai
hotel sialan itu.
“Maaf saja bapak manager yang terhormat, saya juga tidak berharap
mendandani hotel bintang 5 yang kumuh ini...”