Monday, June 3, 2013

Berusaha tiada henti



“Bule, aku lagi disini. Dateng aja ya?”
“.......”

Percakapan ini terjadi ketika aku sedang ingin mengembalikan barang seorang teman. Bisa dibilang pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang lama dan sulit kujawab. Karena, ketika aku berada disana maka besar kemungkinan diri ini untuk bisa bertemu dengannya, lelaki idamanku. Ketika diperjalananku menuju kesana, kulihat gedung itu melihat temanku menungguku didepan pintu sambil berpikir dalam benakku bahwa banyak kemungkinan bahwa kau berada diantara tembok gedung kokoh tersebut. Sibuk mengatur dan menata terobosan yang akan kau buat untuk kampus tercinta.

“Bule nggak mau masuk dulu dan ketemu dulu.”
“Nggak usah, ada ayahku lagi nunggu hehehe....”

Mungkin itu merupakan jawaban terbodoh dan termunafik yang kesekian kalinya aku buat dan aku karang dengan mulut ini. Bodoh karena aku melewati kesempatan baik ini untuk bertemunya. Mungkin apabila kesempatan itu datang ke beberapa temanku, mereka tidak akan melewati kesempatan untuk bisa bertemu langsung dengan lelaki idamannya dan langsung mengiyakan. Tetapi, lagi-lagi aku menolaknya. Aku terlalu takut. Sangat takut. Takut apabila aku bertemu dengannya maka, hati ini kembali melunak dan kembali berharap dengan harapan yang kemungkinan sulit terealisasi. Takut apabila perasaan ini kemudian akan melambung tinggi disertai pengharapan yang sia-sia. Sambil menjauh dari gedung itu, aku terus menatap ke bawah dan berdoa semoga keputusan yang aku ambil ini benar adanya.

Kemudian, sms itu datang...

“Bule ada yang nanyain lu, ni”
“Siapa?”
“Si itu. Tiba-tiba nanyain lu coba.”
“Boong kan lu ya? Hahaha”
“Ngapain gue boong sih? Orang gue lagi sendirian tiba-tiba dia nanyain lo”
“Emang nanyainnya gimana?”
“Katanya bule kemana? Terus gue jawab lu lagi ngoven rumput”
“Mungkin gara-gara lu dulu keseringan nempel sama gue kali hahaha...”

Kuusahakan untuk mengalihkan pembicaraan itu. Kalau kalian tanya apakah aku senang mendapatkan sms tersebut maka akan aku jawab ya, bahkan sangat senang. Kalian tahu, ketika temanku tersebut menyebut namanya, Mulutku langsung tersenyum lebar, Dadaku langsung berdebar-debar kegirangan. Tapi, lagi-lagi aku harus menjejak bumi lagi. Bahwa, dia terlalu hebat dan terlalu baik. Bahwa, banyak wanita yang juga ia beri kasih sayang yang sama seperti itu dan kemudian hanya ia anggap sahabat dan keluarga.

Ya Allah, Bagaimana ini? Bahkan saat ini walaupun tiga bulan lamanya aku menjauh dari kampus, aku bahkan belum bisa menjauhkan perasaan ini...

No comments:

Post a Comment