“Bule, aku
lagi disini. Dateng aja ya?”
“.......”
Percakapan
ini terjadi ketika aku sedang ingin mengembalikan barang seorang teman. Bisa
dibilang pertanyaan itu merupakan pertanyaan yang lama dan sulit kujawab. Karena,
ketika aku berada disana maka besar kemungkinan diri ini untuk bisa bertemu
dengannya, lelaki idamanku. Ketika diperjalananku menuju kesana, kulihat gedung
itu melihat temanku menungguku didepan pintu sambil berpikir dalam benakku
bahwa banyak kemungkinan bahwa kau berada diantara tembok gedung kokoh
tersebut. Sibuk mengatur dan menata terobosan yang akan kau buat untuk kampus
tercinta.
“Bule nggak
mau masuk dulu dan ketemu dulu.”
“Nggak usah,
ada ayahku lagi nunggu hehehe....”
Mungkin itu
merupakan jawaban terbodoh dan termunafik yang kesekian kalinya aku buat dan
aku karang dengan mulut ini. Bodoh karena aku melewati kesempatan baik ini
untuk bertemunya. Mungkin apabila kesempatan itu datang ke beberapa temanku,
mereka tidak akan melewati kesempatan untuk bisa bertemu langsung dengan lelaki
idamannya dan langsung mengiyakan. Tetapi, lagi-lagi aku menolaknya. Aku terlalu
takut. Sangat takut. Takut apabila aku bertemu dengannya maka, hati ini kembali
melunak dan kembali berharap dengan harapan yang kemungkinan sulit terealisasi.
Takut apabila perasaan ini kemudian akan melambung tinggi disertai pengharapan
yang sia-sia. Sambil menjauh dari gedung itu, aku terus menatap ke bawah dan
berdoa semoga keputusan yang aku ambil ini benar adanya.
Kemudian,
sms itu datang...
“Bule ada
yang nanyain lu, ni”
“Siapa?”
“Si itu. Tiba-tiba
nanyain lu coba.”
“Boong kan
lu ya? Hahaha”
“Ngapain gue
boong sih? Orang gue lagi sendirian tiba-tiba dia nanyain lo”
“Emang
nanyainnya gimana?”
“Katanya bule
kemana? Terus gue jawab lu lagi ngoven rumput”
“Mungkin
gara-gara lu dulu keseringan nempel sama gue kali hahaha...”
Kuusahakan
untuk mengalihkan pembicaraan itu. Kalau kalian tanya apakah aku senang
mendapatkan sms tersebut maka akan aku jawab ya, bahkan sangat senang. Kalian
tahu, ketika temanku tersebut menyebut namanya, Mulutku langsung tersenyum
lebar, Dadaku langsung berdebar-debar kegirangan. Tapi, lagi-lagi aku harus
menjejak bumi lagi. Bahwa, dia terlalu hebat dan terlalu baik. Bahwa, banyak
wanita yang juga ia beri kasih sayang yang sama seperti itu dan kemudian hanya
ia anggap sahabat dan keluarga.
Ya Allah, Bagaimana
ini? Bahkan saat ini walaupun tiga bulan lamanya aku menjauh dari kampus, aku
bahkan belum bisa menjauhkan perasaan ini...
No comments:
Post a Comment