“Le, lu
digaji nggak disana?”
Pertanyaan tersebut terus terngiang-ngiang dan terpikir dalam diri
ini. Pertanyaan yang tadinya biasa saja tapi sedikit demi sedikit mulai
merangkak mengusik....
Awalnya hanya papa yang sempat berfikir seperti itu. Mungkin karena
pengalaman di tempat kerja papa dulu sebelum pensiun membuat papa berfikir
seperti itu.
Namun, pertanyaan itu lagi-lagi mulai berdatangan dan menyerbu. Dari
teman-teman bahkan, dari sesama pekerja di lapangan. Lagi-lagi pertanyaan ini
tidak hanya sekedar pertanyaan, tapi juga perbandingan. Lagi-lagi, pertanyaan
tersebut mengusik. Pekerjaan yang dari senin hingga sabtu terus aku lakukan.
Kadang-kadang, rasanya membosankan, bosan dengan pekerjaan. Bosan karena
terus-terusan harus berkutat di depan laptop merangkai kata-kata yang harus
dipersiapkan untuk menyongsong masa depan.
Tapi, untuk kali ini mama yang bijak langsung berkata bahwa aku
lagi-lagi tidak boleh mempermasalahkan hal itu. Yang penting saat ini ialah
untuk magang ini, aku diterima disini. Dan makna dari kata-kata nasihat mama
yang terakhir “nadya harus ikhlas ngejalaninnya.” Mendengar nasihat bijak dari
mama, lagi-lagi aku merubah mindset ini. Aku hanyalah mahasiswa magang,
walaupun disini status pekerja. Mahasiswa magang bukanlah untuk berorientasi
pekerja dengan gaji selangit, tapi orientasiku yang sebenarnya ialah “Meraup
ilmu yang sebanyak-banyaknya dari dunia kerja”
Kemudian, aku lapangkan hati dan pikiran ini. Untuk saat ini, aku akan
mencoba bersabar. Bersabar untuk mendapatkan ilmu sebanyak-banyaknya. Bersabar
untuk merangkak sedikit demi sedikit menggapai impian dan passion yang aku
inginkan
-Jadi mahasiswa magang nggak
boleh kapitalis (Best Friend, Muhammad Umar Alfaruqi)
No comments:
Post a Comment