“Hoo...udah
pindah hati ternyata?”
“Kagaklah,
tetap jadi kriteria pria idaman setelah bapak gue, hahaha”
“Kagak
move on nih? Cari-cari eksmud lah disana”
“Kagaklah,
yang kharismatik tetep nomer satu, hahaha”
“Gembel
lu ah, kharismatik kan nggak cuma dia. Di Jakarta banyak kayaknya. Apa sih yang
lu suka dari dia?........”
Sepenggal
curhatan ini merupakan curhatan dengan teman hasil capture-an. Inget banget
saat itu seneng bukan kepalang karena ucapan selamat ulang tahun itu akhirnya
dilontarkan, walaupun singkat dan bisa dikatakan telat. Tapi, terima kasih..
Sungguh sangat senang menerimanya.
Kharismatik,
hanya kata itu yang bisa digambarkan untuknya. Sifat itulah yang tadinya tidak
terlalu disukai dan terlihat biasa saja untuk orang lain. Tapi, entah kenapa
terlihat hebat dan spesial untuknya. Yap, hanya sifat itu, tidak ada yang lain.
Hai,
apa kabar? Lama tidak bertemu. Selama ini sering banget balik ke kota itu, kota
yang sangat penuh kenangan. Kenangan bersama sahabat, Kenangan untuk berusaha
hidup meniti perjuangan dan kenangan itu. Dibalik keinginan yang lain yang
lebih penting ketika kembali, disaat itu juga berharap bisa bertemu. Tapi,
entah kenapa lagi-lagi, pertemuan tersebut tidaklah murah seperti pertemuan
sebelumnya.
Saat
itu, ditengah rasa letih dalam perjalanan menyelesaikan kewajiban akhir,
langsung memberanikan diri untuk menyapa lewat dunia maya. Pembuka itu
lagi-lagi sangat kaku dan biasa saja. Sangat lama hingga hampir menyerah. Tapi,
akhirnya, dijawab juga, dengan sapaan yang biasa. Senyuman pun akhirnya
tersungging dari wajah ini karena respon tersebut. Lagi-lagi dengan percaya
diri mulai bertanya kabar. Namun lagi-lagi, jawaban tersebut timbul sangat
lama. Apakah sibuk? Atau pertanyaan tersebut sangat menjemukan?. Pertanyaan
tersebut terus timbul dalam diri. Hingga waktu rehat selesai sehingga,
buru-buru percakapan tersebut ditutup.
Hingga
ketika berada di bis dalam perjalanan pulang. Rasa penasaran membuat diri ini
membuka bekas percakapan tersebut. Dan ternyata jawaban itu datang sebelumnya.
Jawaban pertanyaan tadi disertai harapan yang ditujukan. Lagi-lagi singkat dan
bijak.
“Apa
sih yang lu suka dari dia? Heran gue *To the point banget”
“Hahaha...Udah-udah
jangan membahas terlalu jauh”
“Bisa
jawab kagak?”
“Nanti
gue makin ngarep, hahaha”
Harapan
itu terus ada dan terpatri disini dalam diam. Ya...hanya bisa diam. Hanya takut
untuk membahas terlalu jauh. Kalau ditanya apakah ada perasaan atau tidak?
Jawabannya ialah ya. Bahkan segelintir wanita juga akan mengatakan hal yang
sama. Bukan pesimis, tapi terlalu hebat dan terlalu baik untuk didapatkan dan
dengan mudahnya dapat memilih seseorang yang diinginkan. Bukan pesimis, tapi,
hanya takut dan terus merasa takut.
“Di
Screenshot aja ucapannya. Beneran nih mau dijadiin wallpap. Hahaha”
“Kagaklah,
ada yang lebih nyata dan keren yang udah gue jadiin wallpap”
Ya,
hanya dengan ini, bisa merasa lebih dekat. Hanya dengan ini merasa bahwa rasa
itu tetap ada. Hanya dengan ini, hanya lewat layar, masih bisa melihat senyuman
itu.
Maaf,
hingga detik ini masih belum bisa melupakannya....
No comments:
Post a Comment